Indeks TulisanPemberdayaan MasyarakatPengentasan Kemiskinan

Selamat Hari Batik 2015

batikTahukah kita bahwa setiap tanggal 2 Oktober kita, Bangsa Indonesia, memperingati Hari Batik Nasional. Selain untuk menghargai jasa para patriot Batik dan secara moral Bangsa Indonesia tidak dapat lepas dari tradisi Batik.

Seperti kita ketahui bahwa 2 Oktober 2009, Badan PBB untuk kebudayaan UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Dan semenjak itulah setiap 2 Oktober kita masyarakat Indonesia memperingatinya sebagai Hari Batik. 

batik 2Dalam situs resminya UNESCO menulis bahwa batik Indonesia memiliki banyak simbol yang erat hubungannya dengan status sosial dari masyarakatnya, kebudayaan lokal, alam dan sejarah itu sendiri. Batik bukan hanya bahan untuk membuat pakaian, tapi batik dinilai sebagai identitas bangsa Indonesia.

Namun gelar ini tidak lah mudah dipertahankan. Diambil dari sumber Koran Tempo, salah satunya adalah terancam dicabutnya Kota Jogyakarta sebagai Kota Batik. Status Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai Kota Batik Dunia yang disematkan oleh World Craft Council (WCC) pada 2014 terancam dicabut. Sebab, regenerasi pengrajin batik di Yogyakarta terhambat dengan sedikitnya minat masyarakat untuk menjadi pengrajin batik. Regenerasi adalah satu dari tujuh syarat pengukuhan Kota Batik Dunia.

“Gelar itu usianya hanya empat tahun. Kalau tidak bisa mempertahankan, ya, dicabut,” kata Sekretaris Jenderal Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY Zainal Arifin Hasoead saat ditemui di kantor Dekranasda DIY, Rabu, 30 September 2015.

Tujuh kriteria itu adalah nilai historis, orisinalitas, upaya pelestarian melalui regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, mempunyai reputasi internasional, serta persebarannya. Sedangkan jumlah pengrajin yang tercatat di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi DIY ada 441 orang, baik pengrajin besar maupun kecil.

Maka tugas kitalah untuk tetap mempertahankan nilai budaya , termasuk dalam upaya itu adalah tetap memakai batik dalam keseharian. Dan tidak kalah penting adalah penghargaan yang tidak terhingga kepada pengrajin batik. Mulai perancang, pengguna maupun investasinya. Karena kekhawatiran utama adalah bahwa nilai budaya tidaklah selalu mahal, namun kearifan untuk tetap menjunjung tinggi dan memberikan “nilai”kepada batik itu sesungguhnya yang dikehendaki. Seperti memandang pariwisata tidak akan lepas dari Pulau Bali.

Ayo Pakai Batik sekarang ..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.