Permodelan dalam kegiatan KIM
Sinergi KIM dalam membangun jaringan komunikasi |
Kegalauan penggiat Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) akhirnya meningkat sejalan dengan pemahaman mendalam tentang dunia informasi. Kunjungan banding keperbagai daerah dan saling berbagi berita dengan sesama KIM dan elemen penggiat informasi lainnya justru menjadikan KIM menjadi semakin menggeliat. Tergelitik dengan kurang suksesnya Dinas dalam mengantisipasi kegiatan, bahkan tidak mengenalkan konsep anggaran membuat pelaku kegiatan KIM mencari parameter-parameter kunci agar tidak mencapai Galau tingkat Dewa, demikian beberapa penggiat membuatkan istilah.
Permodelan Sistem .
Model adalah representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu (yang disepakati) dari suatu sistem nyata. Sistem nyata adalah sistem yang sedang berlangsung dalam kehidupan dan dijadikan titik perhatian masalah. Dengan demikian, pemodelan adalah proses membangun atau membentuk sebuah model dari suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Model adalah suatu representasi yang memadai dari suatu sistem.
Model disebut memadai jika telah sesuai dengan tujuan dalam pikiran analis (pemodel). Istilah kuncinya adalah (i) sistem, (ii) representasi, (iii) tujuan, dan (iv) memadai.
Demikian juga dalam membuat permodelan KIM pun mempunyai tujuan akhir setidaknya mencakup beberapa step/langkah kegiatan, yaitu :
Step/Langkah 1 adalah membuat formula. Dimana termasuk di dalamnya adalah satu keinginan akan kebutuhan yang ada didesign agar sesuai dengan maksud, dalam hal Kelompok Informasi Masyarakat adalah mendisain satu kehiatan riil, mudah dimengerti, dapat dipahami, terlaksana dan berdurasi panjang.
Step/Langkah 2 adalah membuat deskripsi atau gambaran. Baik infrastruktur dan pelaku kegiatan serta objek yang akan dijadikan materi permodelan. Dan gambaran ini menjadi kunci karena akan dilengkapi dengan parameter yang mudah untuk dinilai dan dievaluasi. Guna akhir deskripsi ini adalah mudah untuk dirombah agar sesuai dengan tujuan awal
Step/Langkah 3, ini yang dianggap penting, yaitu analisis. Parameter yang terbentuk dari penggambaran yang jelas, analitik dan punya nilai resiko rendah pasti dijadikan acuan agar bila dapat terlaksana maka komponen anggaranpun dapat terserap dengan baik. Disamping itu design analisisnya pun mudah dipahami dan mengikutsertakan pelaku sebagai resiko terbesar.
Step/Langkah 4 Intrepretation of analysis to obtain solution. Setidaknya penggambaran analisis akan muncul solusi. Mematikan dinamika kelompok akan memperkaya kegiatan (sebenarnya). Hal ini mengingatkan akan beberapa kegiatan yang tidak menyandarkan pada dinamisasi kelompok akan membuat kegiatan hanya meninggalkan SK (Surat Keputusan) dan Papan Nama Kelompok, tanpa piala dan tanpa prestasi. Bersyukur tidak menimbulkan masalah.
Karakteristik suatu model yang baik sebagai ukuran pencapaian tujuan pemodelan, yaitu:
- Tingkat generalisasi yang tinggi.
- Mekanisme transparansi.
- Potensial untuk dikembangkan.
- Peka terhadap perubahan asumsi.
Ludruk dan Kentrung (Pertura) sebagai sarana diseminasi informasi |
Permodelan dalam kegiatan KIM.
Kota Malang telah sukses dalam membentuk permodelan, yakni dengan lahirnya KIM Tlogomas dengan basis kegiatan KIM Berbasis Potensi Wilayah. Dimana dapat dilihat lewat kegiatan KIM Tlogomas telah mampu mendukung Kelurahan Tlogomas menjadi Juara Nasinal Kelurahan Berhasil tahun 2014. Harapan Dinas Kominfo Kota Malang dimasa datang, Kota Malang akan mampu membangun Kelompok Informasi Masyarakat di 47 Kelurahan berkaca pada keberhasilan permodelan yang telah melahirkan KIM Tlogomas.
Namun demikian, permodelan KIM tentu saja dan wajar dipenuhi dengan kritik dan saran yang membangun. Baik yang bersifat infrastruktur organisasi, dinamika pelaku sampai dengan sistem anggaran. Meski dianggap wajar dalam perkembangan pembinaan Dinas, namun waktu dan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi mengharuskan masing masing elemen bersikap dewasa dalam menyikapinya. Khususnya berkenaan dengan keterbukaan informasi dan potensi yang akan dikembangkan hendaknya harus mengedepankan solusi serta peka terhadap asumsi. Hal inilah yang kemudian hari dapat menjadi nilai tambah kegiatan KIM.
Argumentasi dalam kegiatan hendaknya dapat dikompromikan parameternya, sehingga tidak merusak dinamika kelompok. Apalagi dengan membuat klaim atau tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu, dikesampingkan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan misi yang diemban oleh penggiat KIM adalah sebagai mitra Pemerintah dan bukan pesaing. Sehingga keberhasilan kegiatan dapat mempekuat gambaran analisis dengan pendekatan solusi. Inilah yang dimasa depat dapat menjadi magnet yang kuat dalam mendesiminasikan informasi kepada masyarakat (Top Down) dan memberikan gambaran kepada Pemda Kota Malang dalam mengungkap data keberhasilan (Bottom Up).
Terpenting dari informasi Kelurahan inilah yang dapat dijadikan gambaran riil Bapak Walikota Malang Abah Anton saat hendak melaksanakan Blusukan di wilayah Kelurahan di 5 Kecamatan di Kota Malang.
Blusukan Abah Anton bersama Umi Farida diberbagai Kelurahan di Kota Malang |
Standardisasi KIM .
Sebagai tindak lanjut dari prmodelan adalah aktivitas yang berkualitas dan mempunyai nilai tambah bagi masyarakat Kota Malang dan Jawa Timur. Agar juga dapat diikuti oleh semua daerah di Indomesia. Untuk itu patutlah diacungi jempol bagi Penggiat KIM pada Forum KIM Jawa Timur yang sudah berkoordinasi dalam membangun sikap agar terbangunnya KIM di 38 Kota Kabupaten di Jawa Timur. Tentu saja standardisasinya dapat terbaca sempurna oleh Dinas Kominfo di Jawa Timur untuk dapat disempurnakan dalam mendukung daya saing Propinsi Jawa Timur bagi terwujudnya Indonesia Hebat. Tentu saja komponen anggaran tetap harus dikenalkan dan dikelola secara terbuka, akuntable dalam mendukung semua program kesejahteraan di Indonesia tercinta ini. Setidaknya diseminasi informasi, baik yang bersifat Bottom Up dan Top Down mendukung misi Presiden Jokowi dalam mengurangi angka kemmiskinan, membuka lapangan pekerjaan baru dan mengurangi kesenjangan.
Dan tidak lupa bahwa dalam perkembangan awal yang akan dijadikan moment sukses KIM adalah elemen pendukungnya, yakni Relawan TIK,Telecentre dan Pertura (Pertunjukan Rakyat) yang juga sudah terbangun di 38 Kota Kabupaten di Jawa Timur. Sekali lagi tetap menjunjung tinggi semangat kebersamaam diantara sesama Penggiat Informasi dengan tetap mengedepankan solusi dan peka terhadap asumsi.