Bahan Bakar dari sampah .. ide kreatif
Ola laaaaa . . . Luar Biasa … marbeles (kata si Jarjit).
Satu lagi inovasi dan kreatifitas masyarakat Indonesia mencoba mengurai persoalan sampah. Kali ini datang dari seorang pengepul sampah plastik di Bali. Beliau ini mencoba mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar, dan hebatnya dari satu 1 kg plastik dapat menghasilkan 1 liter plastik. Ia adalah Ida Bagus Ketut Atmaja , yang berhasil mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar.
Ide pengolahan sampah ini bermula dari ide masyarakat Korea yang mampu mengubah sampah plastik menjadi solar. Dan alatnyapun ia tidak tahu habis berapa banyak. Namun terpenting adalah keberhasilannya, walaupun bahan bakar yang diperopeh dengan cara menyuling ini masih bercampur antara Solar, bensin dan minyak tanahnya. Ia yang warga Mengwi Kabupaten Badung Denpasar ini masih memerlukan uji tambahan agar bisa menghasilkan bahan bakar murni.
Lain halnya yang pernah diujicobakan oleh Tri Handoko bersama anak didiknya di SMK 3 Madiun 2010 lalu. Ia bahkan sudah mengkalkulasikan peralatan uji cobanya, sehingga di akhir tahun 2010 sudah berani mempresentasikan kepada khalayak.
Dengan berbekal alat sederhana yakni memanfaatkan bekas tabung kemasan 3 Kg yang disulap menjadi tempat pembakaran limbah plastik. Nah di ujung tabung itu dilengkapi dengan alat destilasi atau penyulingan sederhana.
Ketika limbah plastik dipanaskan akan meleleh dan menghasilkan uap. Uap inilah yang menjadi bahan bakar setelah sebelumnya didestilasi hingga menjadi cair. Dan alat ini bisa dibangun dari material bekas, disesuaikan dengan kemampuan pembuat dan kapasitas limbah yang akan di olah. Alat yang dipakai bisa berbiaya Rp 650.000,- hingga Rp 100.000.000,- tergantung kebutuhan.
Hasil Uji Coba.
Hasil uji coba di lapangan menunjukkan bahwa okatan yang dihasilkan masih jauh dari oktan premium yang 87-87, yakni berada pada kisaran 84-85. Hingga perlu diadakan langkah operasional sebelum dapat dimasukkan ke pasar, malah lebih berguna apabila mendekati oktan Pertamax yang 91-92.
Namun tak urung kesulitanpun muncul saat akan dilanjutkan dengan langkah berikutnya. Dan inilah tantangannya, yaitu bahan baku sampah plastik inipun sulit. Sehingga sementara waktu bekerja sama dengan pemulung sampah.
Tapi ide ini nyatanya harus ditangkap dengan upaya yang strategis , bukan untuk bersaing dengan Pertamina dalam rangka pasokan pasar. Namun lebih pada budaya menumbuhkembangkan energi terbarukan dan menganut pada kegiatan yang ramah lingkungan(green manufacturing).
Disarikan dari Merdeka.com dan Apakhabardunia.com